• Beranda
  • Tentang Saya
  • Tulisan
    • Imajinasi
    • Inspirasi
    • Perumpamaan
    • Pemikiran
    • Renungan
  • Kisah
    • Fiksi
    • Non-Fiksi
    • Puisi
  • Perjalanan
  • Kontak

PEMIKIR BEROPINI

Sebuah Opini Melalui Pandangan Segenap Dimensi

Image result for money in soccer

Kami rindu gelar....
Dahaga gelar seakan kering kerontang berabad lamanya, menahan raksasa tua dari siberia seakan cerita lama yang selalu dipupuk. Lamanya cerita itu bak dongeng sebelum tidur, membuat tidur pecinta si kulit bundar.

Peluang itu seakan mulai datang, di mulai pemain-pemain yang punya kapabilitas tinggi di setiap lini. Hingga jadi tuan rumah bak sebuah kombinasi lengkap. Kesempatan yang langka karena menjadi penggembira saja tak cukup. Kini kami berangkat sebagai sang juara, mengangkat tinggi sang trofi ke atas langit.
Image result for italia mafia
Hembusan asap cerutu menyebar ke seluruh ruangan, pria berkumis tebal sedang sibuk minta ampun. Ia menaruh cerutu di sebelah asap kaca dan di ujung telepon terdengar percakapan alot. Suaranya terdengar aneh, aksen bahasanya berbeda jauh. Tawar-menawar harga seakan terdengar di ujung telepon itu, hingga harga yang disepakati mencapai deal.

Abu cerutunya yang sudah memanjang di bibir asbak akhirnya ia angkat, seakan percakapan itu begitu panjang. Suasana ruangan yang tadinya hening mendadak berubah riuh. Uang kini sudah di genggamannya. Telepon di ujung sana rupanya datang dari manusia timur ujung yang kerap dengan dunia judi.
Menjelajah Kawasan Ekosistem Leuser penuh dengan sejuta cerita yang sulit untuk dilupakan. Seakan selalu terngiang di dalam kepala akan pengalaman singkat itu. Panorama hamparan pegunungan, lereng perbukitan, dan aliran sungai yang menyejukkan mata. Leuser bak sebuah rimba raya tak berbatas, tempat satwa langka dan endemik hidup besar tanpa campur tangan manusia.

Hutan rapat yang kaya keanekaragaman hayati di dalamnya sekaligus penopang kehidupan di sekitarnya. Leuser, hutan hujan tropis yang begitu luas dan masyhur ada di tanah Sumatera, bukti suburnya setiap jengkal tanah nusantara. Menjelajahnya seakan memberi tanpa Indonesia begitu luas dan majemuk masyarakat.

Keindahan alam Leuser begitu identik dengan Tarian Saman, tarian yang melegenda dan sudah terkenal hingga ke mancanegara. Seakan Tarian Saman jadi perlambangan Suku Gayo, suku yang sudah lama mendiami daratan tinggi Leuser. Budaya Gayo begitu kental dan mengakar kuat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Beberapa bulan yang lalu, saya mendapatkan kesempatan unik untuk menyusuri alam Leuser dan menjelajah segala ragam budaya yang mereka miliki. Pengalaman pertama ke daratan Gayo terasa begitu istimewa saat diberikan kesempatan datang dan berkunjung langsung di sebuah Desa di bawah kaki Gunung Leuser. Lokasi terdekat bagi para pendaki tangguh yang ingin naik ke puncak Gunung Leuser. Desa itu bernama Agusen.....

Tak lengkap rasanya ke Kawasan Ekosistem Leuser andai tak berkunjung ke Desa Agusen, memberikan pilihan destinasi unggulan. Pengunjung seakan merasakan berjalan di perkebunan serai wangi dan kopi yang terhampar luas, mencicipi segelas kopi dari aliran anak Sungai Alas. Semua terasa begitu syahdu setelah mandi di air aliran anak Sungai Alas dan disambut dengan hangatnya segelas kopi hangat Agusen.

Desa tersebut dulu terkenal dengan aktivitas penanaman tumbuhan yang terlarang pemerintah yaitu ganja (Cannabis sativa). Sulit medan dan jauhnya akses ke Kota Blangkejeren dalam menjual berbagai hasil alam seperti tomat, cabai, dan kopi seakan membuat masyarakat yang kurang pengetahuan menggunakan cara pintas. Mereka yang gelap mata pun menanam tumbuhan ganja karena punya nilai mahal meskipun risiko jeruji besi mengintai.

Namun kini Desa Agusen coba membersihkan diri dari anggapan desa ganja namun jadi desa ekowisata nan elok dikelilingi tebing menawan. Akses jalan pun mulus tanpa lubang, berbagai sentra pertanian dan persawahan warga dengan mudah bisa bisa bawa ke kota. Tumbuhan haram tersebut tidak pernah terdengar atau bahkan diingat kembali, seakan membangun kembali desa yang indah dengan penduduk nan ramah.

Kontur Alam Gayo Lues dan Desa Agusen yang menawan
Memang begitu pantas Gayo Lues merupakan disebut dengan negeri seribu bukit, hamparan pegunungan tinggi terhampar. Pada Kabupaten Gayo Lues ada sebanyak sebelas kecamatan yang di dalamnya terhimpun 253 desa. Hampir sebagian besar topografi Gayo Lues identik dengan hutan hujan tropis dan pegunungan, masyarakat menggantungkan hidupnya dari  budidaya pertanian dan hasil alam dari Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Desa Agusen berada berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser, jaraknya hanya 51 dari puncak Gunung Leuser. Ada lebih dari 200 kepala keluarga yang mendiami Agusen dengan latar belakang suku Gayo. Medan yang harus dilalui cukup berat dan berliku untuk bisa tiba di sana. Desa Agusen berjarak ± 40 kilometer dari Kota Blangkejeren, Namun tak perlu khawatir karena jalannya sudah beraspal dan mulus walaupun sedikit sempit. 

Hingga sampailah di sebuah Desa Agusen, desa kecil di bawah himpitan pegunungan Leuser. Desa yang ada di lembah sempit, dibelah oleh anak Sungai Alas yang jernih dan alirannya terdengar seperti simfoni. Ada bukit cinta yang berdiri tegak di arah utara desa tersebut, dari atas seakan pengunjung bisa melihat secara jelas Desa Agusen yang elok. Padi yang menguning atau kebun kopi yang mulai ranum buahnya.

Masyarakat yang mendiami Agusen umumnya berasal dari Suku Gayo dan sedikit campuran dari Suku Batak dan Jawa. Mereka sangatlah menjunjungi tinggi adat dan istiadatnya yang sudah ada turun-temurun. Budaya para leluhur yang terus dilestarikan sekaligus berkesinambungan dengan alam Leuser, penopang hidup masyarakat sekitar.

Budaya Saman lintas zaman yang mengakar kuat
Pengalaman ke Leuser begitu identik dengan masyarakat Suku Gayo, mereka menunjung tinggi adat dan budaya para leluhur. Ada banyak keunikan yang lahir di tanah mereka, tentu saja Tarian Saman yang telah mendarah daging bagi masyarakat di sana. Sejak pertama sekali diperkenalkan Syekh Saman dalam berdakwah dan mengenalkan ajaran agama Islam di tanah Gayo.

Anak-anak di Gayo Lues sejak kecil sudah terbiasa dan sangat telaten di setiap gerakan dari  Tarian Saman.  Seakan menjadikan tarian penyambut berbagai simbol dakwah ajaran islam. Budaya Tarian Saman akan terus dilestarikan hingga ke anak cucu kelak sebagai warisan budaya masyarakat Gayo. 

Saya seakan bisa melihat anak-anak di sana dengan memperagakan Tarian Saman dari dekat. Seakan tetap mempertahankan jati diri budaya dan identitas mereka sebenarnya. Mereka berlatih siang dan malam, melatih kekompakan tim sampai terbentuk ritme irama yang sesuai dengan anjuran syekh. Sesuai dalam norma di dalam tarian itu yang mencerminkan sifat sopan santun, kekompakan, nilai agama, dan kepahlawanan.

Pakaian penarinya berwarna dengan kombinasi hitam, kuning, dan merah jadi ciri khas Suku Gayo. Tanpa ada iringan alat musik namun hanya menggunakan suara dan tepuk tangan penari dengan kombinasi menepuk dada serta pangkal paha. Pemain Saman berjumlah ganjil dengan dua orang yang memberikan aba-aba setiap gerakan. Semua gerakan itu begitu padu dan kompak, Syekh sangat perhatian melihat gerakan para penari dan melantunkan syair-syair Saman nan merdu.

Pada tahun lalu, Tarian Saman berhasil memecahkan rekor yang melibatkan 10.000 penari. Jumlahnya bertambah sampai hari H pelaksanaan acara, tercatat ada 12.262 ribu penari dari penjuru Gayo ikut serta dalam pemecahan rekor fenomenal tersebut. Setiap gerakan Tarian Saman punya makna filosofi mendalam khususnya menjaga nilai agama, kearifan lokal budaya, dan alam setempat.
 Image result for pemecahan rekor saman
Saya pun harus mengakhiri perjalanan singkat di sana, seminggu waktu yang pendek buat dijalani. Pengalaman tak terlupakan saat di Leuser dan Desa Agusen seakan menyimpan sejuta cerita yang saya simpan di dalam memori.

Tarian Saman dari anak-anak Agusen di sana seakan begitu membekas, di tengah era globalisasi mereka tetap menjunjungi tinggi budayanya. Membekas jadi goresan kumpulan kata dan tulisan bahwa Indonesia begitu memesona akan alam, budaya, dan masyarakatnya.


Pagi hari di awali dengan menyeruput kopi sambil membolak-balikkan koran berita hari ini. Semua berita dibaca dengan seksama, tak ada berita yang terlewatkan hingga hari mulai beranjak siang. Rutinitas yang tak pernah dilupakan jelang salat subuh, pergi kedai kopi hingga matahari berada di atas kepala. 

Kedai kopi yang berada di tengah lalu lalang manusia, mencari pekerjaan. Berhambur ke seluruh permukaan bumi para manusia-manusia. Beda jauh dengan para bujang yang mulai termakan usia, tepatnya mereka disebut para bujang lapuk.


Sebagai kota tempat tujuan utama pelancong di Jawa Timur, tentu kota Apel memiliki berbagai pesona dan tempat wisata di Malang yang sayang untuk dilewatkan. Jika selama ini kamu hanya berwisata ke tempat-tempat populer yang letaknya terlalu jauh dari kota, maka sekali-sekali pusatkanlah wisatamu di dalam kota Malang saja.

Tak ada yang menyangka itu adalah selasa kelam di kota metropolitan dunia, New York. Langit begitu cerah dan aku siap dengan pekerjaan baruku di sebuah restoran ternama. Bagaimana bangganya diriku bisa bekerja di sebuah restoran tertinggi di kotaku. Orang tuaku di negara bagian pasti tersenyum bangga dengan pekerjaanku saat ini.

Man Sitting on the Mountain EdgeTidak ada yang tahu masa depan bergulir, ia bergerak begitu cepat ke sana dan kemari. Manusia tidak bisa menebak jalan hidupnya atau bahkan orang lain. Dari yang bukan siapa-siapa jadi luar biasa atau yang luar biasa jadi yang terlupakan. Semua itu bisa saja datang dengan tiba-tiba atau kerja keras tanpa jeda. Begitulah jalan hidup manusia.

Semua itu berawal dari seorang pria kurus dengan mimpi  yang memenuhi badannya. Ia punya mimpi besar yang mungkin hanya utopia. Semua rasa bisa ia buktikan bahwa ia bukan seorang pemimpi besar di bawah kasur tipis miliknya.

Dunia musik mungkin adalah pelarian bahagianya di tengah masa remajanya yang suram. Itulah cara menghibur dirinya dan tak ada yang percaya dengan kemampuan yang ia miliki. Membuat lantunan musik mungkin adalah secercah cahaya surga dan cara itu yang ia bisa perbuat.

Mungkin beberapa botol wisky jadi sebuah pelarian saat ia pusing setengah mati, kemudian tenang sejenak. Seakan ia hanya cap seorang pria kurus pemabuk yang bermimpi jadi musisi dunia. Bangun dari tidur semumu, bangkit dan buatlah perubahan. Seakan kata itu menyentak pikirannya.

Kini ia sadar, mabuk-mabukan bak penyakit yang tak ada obat. Bangkit dari keterpurukan dan buangan muka orang lain. Yang dulu menganggapmu hanya sebagai sampah menjadi seorang pahlawan pengubah arah.

Aplikasi musik FL studio jadi pelampiasannya, sejumlah karya yang ia buat coba ditawarkan. Ia mencoba menjajalnya di berbagai aplikasi gratisan. Nyatanya tak ada yang melirik, musiknya terlalu antimainstream yang sulit diterima. Ia seakan patah arang, penolakan bak bumbu wajib yang menyayat hati.

Hingga akhirnya seorang produser musik stres rela menampung diri, mengajari diriku sedemikian rupa hingga aku bisa mengembangkan bakatku. Ia tidak melihat diriku sebagai lelaki yang suka teler tapi sebagai DJ berbakat.

Aku pun secara langsung terasah, seakan diriku bukan berjodoh dengan wisky tapi dengan musik. Seakan kepalaku yang buntu mendadak cemerlang, ide mengalir begitu banyak hingga menghasilkan nada musik menjual.

Aku pun naik kelas, dari hasil seorang remixer menjadi seorang produser. Para label seakan kebanjiran mengajak kerja sama. Seakan jalan hidupku berubah, dari yang tak diperhatikan menjadi pusat perhatian.

Konser demi konser mendadak datang setiap minggunya, tak pernah berhenti. Seakan semua mengapresiasikan bakat besarku. Aku bukan seorang amatiran lagi tapi seorang ahli yang punya segudang kemampuan.

Musikku yang antimainstream seakan jadi trendsetter yang mengglobal. Media mulai meliput diriku. Seakan aku kini kebanggaan bukan cemoohan lagi, semua yang menghindari diriku seakan datang. Apakah sebagai teman atau penjilat... tidak saat aku hanya tidur dengan botol-botol wisky.

Memang tak bisa ditebak, menjadi superstar mengubah hidupku... jalan hidup itu terasa begitu cepat dan sulit dikendalikan. Namun kini mendadak jadi sebuah keharusan... aku tak tahu masa depan mengubah segala.

Mungkin dahulu aku mengutuki diri sebagai manusia malang tapi kini malah jadi yang paling matang. Senyum merekah dan bahkan kini aku dikenal, karena itulah jalan hidupku.

Older Posts Home

Mengenal Penulis

My photo
M. Iqbal
Hobi membaca, mengobservasi sekitar, pelaku lapangan hijau, dan pengamat EDM
View my complete profile
Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin

Top of The Top

  • Filosofi Pohon
    Filosofi pohon, semakin rindang dan banyak buahnya makin banyak manusia yang memanfaatkannya. Terik panas yang membakar di siang hari ...
  • Tetes-Tetes Air Hujan
    Awan-awan saling berkumpul satu sama lain hasil buah tangan angin, membuat langit yang tadinya cerah kebiruan menjadi putih keabu-abua...
  • Menikmati Kondisi Tak Biasa
    Menikmati itu tak harus pergi jauh-jauh, cukup menikmati segala sesuatu yang sering kita nikmat. Sebuah kalimat penghibur diri dan lara...
  • Hutan Hujan Tropis
    Berwarna hijau sepanjang mata memandang, terhampar luas berbagai tumbuhan. Saling menjejali satu sama lain, seakan sangat sulit untuk ...
  • Jalan Hidup Disc Jockey
    Seorang sambil berdiri asyik memutar turntable, mengatur susunan lagu, meloop, scratching, mendelay, dan mereverbation. Sangat punya en...

Rangkuman Tulisan

  • ▼  2018 (15)
    • ▼  December (1)
      • Nasionalisme Suap
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (46)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (4)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2016 (29)
    • ►  December (9)
    • ►  November (8)
    • ►  October (5)
    • ►  September (5)
    • ►  August (2)

Copyright © 2019 PEMIKIR BEROPINI. Designed by OddThemes