Cuaca dan Ladang Rezeki
Cuaca erat
kaitannya dengan rezeki, saling berubah menurut musim dan saat itulah manusia
memanfaatkan kesempatan itu sebagai ladang rezeki yang menggiurkan, melawan
animo cuaca yang bertentangan hingga mampu menghasilkan buah karya dan ladang
rezeki.
Hujan membuat manusia mensyukuri tetes air yang jatuh
sebagai berkah begitu bernilai. Hal itu pulalah yang memberikan secercah rezeki
bagi penjual makanan dan minuman. Mengganjal perut serta penghangat
tubuh yang lapar nan menggigil saat musim hujan. Membuat pundi-pundi rezeki
mereka meningkat layaknya curah hujan di musim penghujan.
Cuaca itu hebat, mampu mengubah keinginan dan pikiran manusia
Musim kemarau
adalah kebalikan yang padu dari musim penghujan, tanah yang menjadi tandus akibat
hujan yang tak kunjung datang menghampiri membuat manusia-manusia yang mendiami
daerah akan panceklik air hujan merasa gundah. Panas identik dengan yang
menyegarkan, begitulah gambaran cuaca saat berubah dan perasaan manusia banyak
yang mengikuti pola seperti itu.
Kegundahan hujan
kapan singgah dan gundah saat matahari yang sangat panas di siang hari hingga
panas yang terus membias kala malam tiba. Rasa gerah dan dahaga sebagai
pengganti keringat yang cukup banyak menetes kala panceklik hujan. Saat itulah
pundi-pundi rezeki sangat penjaja minuman segar jadi magnet yang menyita
perhatian banyak kalangan layaknya tanah tandus butuh tetes air hujan.
Baca Juga: Pantulan Cermin
Rezeki tak pernah
ke mana, seperti hujan dan matahari saling berbagi di waktu yang berbeda. Minum
segar jadi penghilang dahaga yang gantian membuat iri penjaja makanan dan
minuman hangat. Kini giliran kami penjaja minum segar yang berlimpah rezeki.
Memang panas terik identik dengan minuman pelepas dahaga, membasahi bibir dan
kerongkongan.
Saat hujan, banyak
rezeki yang tidak orang kira dapat menghasilkan duit misalnya di negeri kita
ada istilah ojek payung, gerobak penerobos banjir dan penjual jas hujan.
Ingatlah!! Orang lain menganggap hujan dan banjir sebagai bencana, tapi bagi
mereka itulah secercah berkah yang jarang-jarang terjadi. Terima kasih alam..!
Musim kemarau tiba dan datang berkepanjangan, kadang
kemarau membuat hutan gambut terbakar dan membawa begitu banyak asap ke wilayah
pemukiman warga. Masker jadi barang yang laku keras dan tabung oksigen. Musibah
bagi masyarakat setempat tapi saat kemarau dan cuaca panas, para penjual barang
terkait menganggap ini adalah ladang rezeki.
Memang cuaca memainkan permainan rezeki yang bermain di sana, saling menguntung namun kadang sedikit merugikan. Itulah indahnya cuaca
Cuaca berpengaruh
pada minat masyarakat yang hidup di tempat tersebut. Masyarakat yang hidup di
daerah dingin sangat menyukai kondisi hangat dengan penyinaran matahari
maksimal, mereka menganggap matahari sebagai secercah pancaran surga setelah
begitu lumrah dengan suhu dingin yang menusuk tulang.
Masyarakat di
daerah tropis menganggap cuaca dingin nan sejuk jadi tempat yang begitu
diidam-idamkan. Andai pun bisa, masyarakat di daerah tropis harus berliburan ke
daerah pegunungan walaupun dinginnya tak maksimal dan bila ingin sensasi yang
lain, berkunjung ke tanah Eropa jadi magnet yang begitu menggugah itupun bila
kantong ini mampu.
Bagi kita,
matahari yang menyengat dan buat kulit menghitam adalah hal yang dihindari. Ini
menghilangkan perjuangan selama ini memutihkan kulit, tapi bangsa barat
menganggap menghitamkan kulit adalah hal yang eksotik dan kulit putih itu hal
yang biasa dan menarik.
Memang cuaca mempengaruhi pola pikir, masyarakat kita suka suhu dingin khas negeri barat namun masyarakat barat berbondong-bondong menghabiskan biaya dan memberi rezeki masyarakat sekitar untuk ke negeri kita hanya untuk berjemur mendapatkan kulit eksotik. Sedangkan kita lebih tertarik sebaliknya, tidak ada yang salah karena itu pembiasaan membuat kita mencari hal yang tak biasa kebalikan dari bangsa barat lakukan.
Memang cuaca mempengaruhi pola pikir, masyarakat kita suka suhu dingin khas negeri barat namun masyarakat barat berbondong-bondong menghabiskan biaya dan memberi rezeki masyarakat sekitar untuk ke negeri kita hanya untuk berjemur mendapatkan kulit eksotik. Sedangkan kita lebih tertarik sebaliknya, tidak ada yang salah karena itu pembiasaan membuat kita mencari hal yang tak biasa kebalikan dari bangsa barat lakukan.
Cuaca membuat perbedaan selera, segala yang sering dirasakan akan biasa saja namun bila itu jarang ataupun pertama kali jadi begitu bermakna
Seperti hal
kebutuhan AC mungkin lahir dari pemikiran kondisi lingkungan setempat yang
panas dan seperti itu pula penemu kulkas, penemu merasa cuaca yang panas akan
menghasilkan rezeki tak ternilai andai dilakukan inovasi besar.
Tidak mungkin berharap hanya dari angin sepoi-sepoi semata, maka ditemukanlah kipas angin dan juga AC. Masyarakat di daerah dingin juga melakukan inovasi dengan melakukan gebrakan melalui menemukan Heater (pemanas ruangan) tak cuman mengharapkan tungku pemanas yang boros kayu bakar dan memakan begitu banyak tempat. Cukup saja dengan menggunakan heater.
Tidak mungkin berharap hanya dari angin sepoi-sepoi semata, maka ditemukanlah kipas angin dan juga AC. Masyarakat di daerah dingin juga melakukan inovasi dengan melakukan gebrakan melalui menemukan Heater (pemanas ruangan) tak cuman mengharapkan tungku pemanas yang boros kayu bakar dan memakan begitu banyak tempat. Cukup saja dengan menggunakan heater.
Tags:
Inspirasi
0 komentar